Inspirasi

Dampak Toxic Positivity, Alasan Moms Perlu Berhenti Pura-pura Bahagia

Dampak Toxic Positivity, Alasan Moms Perlu Berhenti Pura-pura Bahagia
Foto: Freepik

Ternyata boleh juga nih, Moms cantik, ngeluh atau marah-marah. Tapi, aman enggak sih?

Aman, sih. Karena, sikap mengabaikan emosi negatif justru bisa menimbulkan gejala toxic positivity yang berbahaya, Moms.

Toxic positivity merupakan perilaku mendorong seseorang agar berpikir positif hingga menekan emosi buruk keluar. Jika dilakukan secara terus menerus, kondisi ini akan menimbulkan stres berlebihan. 

Menjadi seorang Ibu, terkadang harus memenuhi banyak tuntutan seperti, selalu terlihat kuat, pura-pura bahagia, sabar, dan selalu ceria. Itu sebabnya, perasaan negatif seorang ibu sebaiknya bisa diakui dan diproses,  demi menghindari timbulnya perilaku toxic positivity.

Seseorang yang terjebak dalam toxic positivity akan memiliki pemikiran bahwa think positive menjadi satu-satunya solusi dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Perilaku ini bisa disebabkan oleh pemikiran sendiri, dan bisa juga akibat tekanan dari lingkungan. 

Dampak toxic positivity bagi Ibu

Perilaku toxic positivity mampu menggiring kita dalam lingkaran setan yang merugikan lho, Moms. Ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi akan berakibat pada kecemasan berlebihan dan berbagai gangguan kesehatan mental jangka panjang, seperti anxiety disorder dan PTSD. 

Hubungan keluarga, seperti kedekatan emosional dengan anak dan pasangan pun menurun, karena Moms nggak mampu jujur dan terbuka atas perasaan yang sebenarnya. 

Gangguan ini juga akan berdampak pada kesehatan fisik. Stres yang bertimbun juga mampu menimbulkan masalah baru seperti, gangguan tidur dan menurunnya sistem imun. Kondisi ini akan membuat ibu menjadi lebih rentan terhadap penyakit yang berakibat pada penurunan kualitas hidup.

Gejala toxic positivity bagi Ibu

Terkadang seseorang nggak sadar kalau dirinya terjebak dalam perilaku ini. Untuk itu, Moms cantik harus mengetahui ciri dan gejala toxic positivity agar mampu menghindari kondisi ini.

Berikut gejala toxic positivity yang terjadi pada kaum Ibu pada umumnya:

  1. Ibu cenderung menyembunyikan dan menolak perasaan negatif (sedih, marah, atau kecewa).
  2. Mengabaikan masalah dan cenderung menghindari masalah yang sedang dialami, dibandingkan mencari solusi dari masalah. 
  3. Merasa bersalah pada diri sendiri ketika meluapkan emosi negatif.
  4. Munculnya motivasi dari diri sendiri yang cenderung menghakimi, ucapan seperti “Kamu pasti bisa kalau mencoba sekali lagi, tapi sayangnya kamu yang terlalu cepat menyerah sih..”

Cara menghindari toxic positivity

  • Mengelola emosi

Mengakui dan menerima emosi negatif adalah bagian dari kehidupan, dan merupakan salah satu cara mengelola emosi dengan baik. Belajar untuk mempelajari penyebab emosi negatif dan mengekspresikannya dengan sehat, akan membantu menurunkan tekanan. Aktivitas seperti journaling dan meditasi dapat menjadi alternatif untuk memproses emosi.

  • Hadapi masalah dengan terbuka tanpa menghakimi

Menghadapi masalah dengan jujur dan terbuka akan mengembangkan keterampilan diri dalam mencari solusi dan mengatasi masalah. 

  • Menggunakan media sosial secara bijak

Media sosial dapat menjadi sumber tekanan dan stres baru. Perasaan takut ketinggalan info terkini atau Fear of Missing Out (Fomo) dan budaya membandingkan diri mulai muncul setelah keterbukaan akses media sosial saat ini. Karenanya, membatasi penggunaan media sosial akan membantu mengurangi stres dan menghindari stresor yang mungkin menimbulkan masalah baru. 

  • Melakukan self-care

Self-care menjadi salah satu cara untuk berbicara dengan diri sendiri. Metode ini dilakukan dengan cara meluangkan waktu dengan melakukan aktivitas yang kita sukai. Istirahat yang cukup, berolahraga, nonton drama korea, menyiram bunga, atau menikmati alam, akan membantu mengisi energi. 

  • Berdamai dengan diri sendiri

Sebagai manusia tentu saja memiliki keterbatasan, sehingga wajar untuk nggak selalu bahagia atau positif sepanjang waktu. Sedih, marah, dan kecewa, merupakan bagian dari pengalaman hidup kita.

Jadi, jelaslah bahwa toxic positivity yang mengabaikan emosi negatif dalam diri, pelan-pelan akan menjadi racun yang merenggut kebahagiaan dan kesejahteraan ibu. 

Gimana, apakah Moms cantik pernah mengalami gejala-gejala tersebut? Yuk, mulai validasi perasaan negatif yang muncul, agar terhindar dari toxic positivity

 

 

Sumber: 

https://www.gramedia.com

https://www.siloamhospitals.com

https://www.fimela.com

0 Komentar :

Belum ada komentar.