Inspirasi

Benarkah Perempuan Lebih Susah Move On? Begini Penjelasan Ilmiahnya

Benarkah Perempuan Lebih Susah Move On?  Begini  Penjelasan Ilmiahnya
FOTO: Freepik

Cinta tak selamanya indah dek!”  Perpisahan memang bukan hal yang mudah. Apalagi buat seorang perempuan.  Melupakan laki-laki terakhir yang pernah menjalin asmara adalah hal yang paling sulit dilakukan. 

Moms cantik, pernahkah punya pengalaman sulitnya melupakan atau move on dari mantan, sebelum akhirnya menikah dengan Hubby yang sekarang? Atau jangan-jangan, soal sulit move on dari mantan ini hanya mitos?  Nah, ini dia penjelasannya.

Mitos atau fakta perempuan susah move on?

Sebuah survei yang dilakukan oleh Mai Sarah pada tahun 2023 menunjukkan perbandingan lama waktu move on antara pria dan wanita pasca patah hati.  Menurut survei ini, perempuan butuh waktu sekitar 278 hari atau 9 bulan untuk bangkit dari kegagalan cinta. Sebaliknya, laki-laki butuh waktu sekitar 542 hari atau 18 bulan.

Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih susah move on dibandingkan perempuan.  

Lalu, bagaimana sih proses perempuan saat mengalami kegagalan cinta? Kaum pria mestinya perlu dikasih paham soal ini. Inilah prosesnya:

Perempuan cenderung lebih merasakan sakit dibandingkan laki-laki

Rasa sakit yang dirasakan perempuan cenderung lebih besar dibandingkan laki-laki. Bukti ini  berdasarkan hasil penelitian yang melibatkan 5.705 orang dari 96 negara, yang dikutip dari jurnal Evolutionary Behavioral Sciences: Quantitative Sex Differences in Response to the Dissolution of a Romantic Relationship.

Riset ini memaparkan bahwa skor rata-rata sakit hati wanita adalah 6,84. Sedangkan pria memiliki skor rata-rata 6,58. Wanita juga merasa lebih menderita secara fisik dengan nilai rata-rata 4,21, sementara pria hanya sebesar 3,75.

Namun, perempuan cenderung lebih cepat mengatasi luka hati setelah putus cinta. Hal ini bertolak belakang dengan laki-laki yang kesulitan untuk menyembuhkan luka hati secara total. 

Rentan terkena gangguan emosional

Perempuan cenderung lebih rentan terkena depresi, gangguan kecemasan, merasa rendah diri dan meragukan dirinya sendiri setelah putus cinta. Gangguan awal emosional ini biasanya ditunjukkan dengan menangis hingga berhari-hari, dan mulai menanyakan apa yang kurang dari dirinya. 

Huffington Post memaparkan, bahwa setelah putus dari pasangannya, perempuan akan memiliki pikiran-pikiran negatif tentang dirinya sendiri dan mulai menyalahkan diri karena tidak dapat membahagiakan pasangannya. 

Mengenang rasa sakit untuk move on

Perempuan yang mengedepankan perasaannya, cenderung lebih banyak menyimpan kenangan dan rasa sakit yang ditimbulkan dari hubungan sebelumnya. Saat mengalami hal ini, perempuan akan berusaha move on dengan cara  mencari dukungan emosional dari orang-orang terdekat, seperti teman dan keluarga. 

Penjelasan ilmiah yang memengaruhi proses move on 

  • Peran hormon dan Otak

Neuropsikologi menemukan bahwa hormon dopamin, oksitosin, dan norepinefrin turut berperan ketika seseorang jatuh cinta. Otak akan melepaskan hormon-hormon tersebut yang menyebabkan perasaan senang, nyaman, dan gembira ketika melihat crush atau pasangan kita. 

Dopamin menjadi salah satu hormon yang berperan besar untuk membuat kita terus memikirkan seseorang yang dicintai, dan mendorong rasa untuk ingin terus menghabiskan waktu bersama. Kemudian, oksitosin yang biasa disebut hormon cinta, berperan dalam pembentukan ikatan sosial dan ikatan romantis. Oksitosin akan dikeluarkan ketika seseorang terlibat dalam kontak fisik, seperti berciuman, berpelukan, berpegangan tangan, atau berhubungan badan. 

Sementara norepinefrin merupakan hormon yang berperan untuk membuat bahagia. Namun, jika dikeluarkan dalam jumlah banyak akan membuat jantung berdetak lebih cepat, sehingga tekanan darah meningkat. Hormon ini pula yang membuat jantung berdebar-debar ketika berdekatan dengan pasangan atau seseorang yang disukai. 

Hormon dopamin, oksitosin, dan norepinefrin yang dikeluarkan ini akan membangun jalur saraf kebahagiaan di otak manusia. Termasuk,  membentuk ingatan-ingatan baru yang lebih bermakna. 

  • Dukungan sosial dan kepribadian

Dukungan keluarga dan rekan terdekat merupakan salah satu sumber kekuatan perempuan untuk mempercepat proses penyembuhan.

Perempuan yang memiliki jaringan dukungan sosial yang kuat, cenderung lebih cepat pulih dari kegagalan cinta. Selain itu, kepribadian pun berperan dalam cara seseorang mengatasi patah hati.

Perempuan yang lebih optimistis dan memiliki keterampilan mengatasi stres yang baik, cenderung mampu move on dengan lebih mudah.

Secara faktual, opini bahwa  perempuan dibilang lebih sulit move on ternyata hanya mitos. 

So, seperti yang Moms cantik mungkin pernah alami,  sebaiknya perempuan yang ada di luar sana juga jangan takut buat menerima rasa sedihnya, ya.  Dan percayalah,  tak ada badai yang tak usai! 

 

Sumber:

  • https://www.idntimes.com
  • https://lifestyle.kompas.com
  • https://www.researchgate.net

 

0 Komentar :

Belum ada komentar.