Inspirasi

Tak Ada Kata Terlambat untuk Belajar Bahasa Asing Saat Dewasa

Tak Ada Kata Terlambat untuk Belajar Bahasa Asing  Saat Dewasa
FOTO: Freepik

Masih banyak orang memperdebatkan tentang belajar bahasa kedua atau bahasa asing, lebih baik dilakukan saat usia dini atau nanti saja setelah dewasa? Faktanya, orang dewasa dinilai lebih banyak kemudahannya dalam belajar bahasa kedua, karena sudah ditempa banyak pengalaman.

Masalahnya, sering kali orang dewasa khawatir atau ragu untuk belajar bahasa kedua. Hal ini disebabkan stigma yang selalu mengatakan, bahwa  belajar bahasa kedua saat dewasa lebih sulit dibanding ketika muda.

Harus diakui, stereotipe umur memainkan peran penting dalam kemampuan belajar seseorang. Ini adalah salah satu alasan mengapa usia dini dianggap sebagai waktu terbaik untuk mempelajari bahasa kedua.

Namun kebenarannya belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Sayangnya kalimat ini telah terlanjur melekat pada pikiran orang banyak. Sehingga muncul keraguan dan stigma pun semakin kuat bahwa orang dewasa memang lebih susah dalam mempelajari bahasa asing. Mulai kosa kata, tata bahasa, makna dan struktur bahasa, semuanya dianggap cuma bikin pekerjaan otak orang dewasa jadi tambah ruwet.

Stigma dan stereotipe inilah yang menghambat munculnya calon Polyglot, yaitu orang yang menguasai lebih dari dua bahasa asing.

Menurut studi yang dikutip National Geographic, orang dewasa dan anak-anak sebetulnya menyerap dan mempelajari berbagai hal dengan cara yang berbeda.

Manusia dikenal memiliki organ kompleks yang mampu berevolusi secara konstan, dan otak manusia memiliki potensi pembelajaran yang lebih tinggi setelah masa pubertas.  

“Penelitian mengatakan, orang dewasa lebih baik dalam mempelajari sesuatu, karena telah memiliki pola hidup yang teratur dan tekad yang kuat,” kata Lourdes Ortega, Profesor Linguistik di Georgetown University, yang menguasai empat bahasa.

Beliau menambahkan, “orang dewasa di seluruh dunia mempunyai kemahiran, kefasihan, dan kapasitas yang berbeda-beda dalam mempelajari bahasa asing, bahkan tidak ada batasnya.”

Orang yang dapat berkomunikasi di luar bahasa ibu, akan merasakan sejumlah manfaat kognitif, yaitu memperluas wawasan verbal.

Apa yang diperlukan untuk belajar bahasa asing?

Menurut Biro Sensus di Amerika Serikat (AS), sekitar 20 persen penduduk Amerika dapat berbicara dua bahasa, dibandingkan dengan 59 persen penduduk Eropa yang dapat berbicara, setidaknya minimal dua bahasa.

Hal ini menandakan bahwa di setiap daerah menghargai masyarakatnya untuk belajar bahasa. Namun Ortega yang khusus mempelajari bahasa baru setelah masa kanak-kanak, mengatakan bahwa faktor di luar usia, seperti pengalaman hidup akan membuat perbedaan yang lebih besar dalam menentukan keberhasilan belajar.

“Tanpa kesempatan untuk mengenal bahasa tersebut, tidak ada yang bisa dipelajari, cepat atau lambat,” katanya.

Bagi sebagian orang, dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapai kemampuan berbahasa asing. Menurut The Foreign Service Institute (FSI), faktor bakat, pengalaman linguistik dan konsisten dalam belajar, sangat mempengaruhi proses pembelajaran bahasa.

FSI mengatakan, orang yang belajar bahasa Inggris pada pada penutur asli akan mengikuti cara bahasa sama persis, begitu juga untuk bahasa lain. Bahasa asing lain seperti Spanyol dan Prancis, dapat diajarkan dengan realtif cepat dalam waktu sekitar 24 – 30 minggu.

Sebaliknya, bahasa yang memiliki perbedaan budaya yang signifikan dengan bahasa Inggris seperti Yunani atau Rusia, akan membutuhkan waktu sekitar 44 minggu.

Waktu belajar bisa dua kali lipat lamanya dibandingkan waktu belajar yang dianggap sangat sulit, seperti bahasa Arab atau Mandarin.

Perkiraan tersebut memperlihatkan bahwa orang membutuhkan waktu beberapa hari per minggu untuk praktek bahasa kedua, ujar Ortega.

Tidak mungkin mengharapkan seseorang mengikuti jadwal yang ketat sendirian, terlebih lagi munculnya banyak aplikasi bahasa seperti Babbel dan Duolingo yang telah memperluas akses pendidikan bahasa asing.

Hal ini menambah kepercayaan diri pada orang-orang untuk bisa berbicara bahasa asing.

Ortega menambahkan, “tidak ada orang yang bisa belajar bahasa kedua, kecuali mereka sangat menyukai bahasa itu dan menjadikannya bagian dari kehidupan mereka.”

Jujur saja, secara teori sih kelihatan mudah, namun kita memang perlu memiliki alasan yang kuat dan waktu untuk mempelajarinya. Meskipun demikian, anak-anak dan orang dewasa mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Anak-anak cenderung lebih intuitif dalam mempelajari bahasa baru, serta mereka lebih punya banyak kesempatan untuk bermain dan bereksperimen dalam menggunakan bahasa baru.

Anak-anak lebih cepat beradaptasi tanpa bantuan aplikasi bahasa. Sementara pada orang dewasa, mereka dapat menggunakan strategi khusus untuk mengasah kemampuan berbahasanya.

Contohnya, seperti sistem menghapal melalui musik atau film dengan teknik visualisasi.

Seorang professor peneliti di MGH Institute of Health Professions, Joshua Hartshorne mengatakan, “para ilmuwan menemukan, banyak sekali yang terjadi pada usia yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Mungkin orang-orang beransumsi kalau orang dewasa bisa belajar bahasa asing selama empat atau lima tahun. Tapi saya melihat, orang yang terus belajar sampai 30 tahun, dia akan semakin fasih dengan sendirinya.”  

Kesehatan mental didukung oleh bahasa kedua

Saat ini, semakin banyak generasi berumur panjang yang ingin meningkatkan kesehatan kognitif dan kehidupan sosial mereka. Ini menjelaskan kenapa permintaan belajar bahasa asing tumbuh cepat. Apalagi diperkuat dengan semakin berkembangnya metode belajar terbaik, untuk mencapai kemampuan berbahasa yang diinginkan.

“Begitu banyak manfaat kognitif saat mempelajari bahasa asing. Semakin banyak bahasa yang dipelajari, maka kita akan menyadari betapa pentingnya bahasa kedua bagi kehidupan sehari-hari,” kata Boaz Keysar, seorang psikolog di The University of Chigago.

Manfaat ini sangat dibutuhkan terutama bagi para lansia.

Bagi lansia, mempelajari bahasa kedua akan meningkatkan retensi memori mereka dengan mempelajari kosa kata yang lebih luas. Terlebih lagi banyak penelitian menemukan, lansia yang belajar bahasa baru dapat mencegah demensia atau kepikunan. Karena belajar bahasa memaksa mereka untuk berpikir lebih fleksibel.

Mereka jadi lebih berani menggunakan bahasa asing untuk berinteraksi dengan orang lain, tanpa takut salah karena sudah berumur. Efek positif lainnya,   jaringan sosial mereka juga bisa semakin luas.

So, ternyata tidak sesulit yang dibayangkan kan? Selalu ada jalan jika ada kemauan. 

 

Sumber:

https://www.nationalgeographic.com/science/article/second-language-learning-adult-benefits  

0 Komentar :

Belum ada komentar.