Kesehatan Anak

Punya Anak Berkebutuhan Khusus, Apa yang Harus Dilakukan?

Punya Anak Berkebutuhan Khusus, Apa yang Harus Dilakukan?
FOTO: iStock

Siapa yang nggak ingin punya anak normal? Semua orang tua pastinya mendambakan hal itu. Namun apa yang kita akan lakukan jika ternyata sang buah hati berkebutuhan khusus atau difabel?

Dihantui perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri? Malu dan menyembunyikannya? Atau menerima dan merawatnya sebaik mungkin? Tentunya sebagai orang tua yang penuh tanggung jawab dan kasih sayang, kita memilih opsi kedua.

Anak difabel atau anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang memiliki keterbatasan, baik dalam hal fisik, mental, intelektual, sosial, maupun emosional. Keterbatasan ini kemudian memengaruhi tumbuh kembangnya, sehingga dia tidak seperti anak-anak lain pada umumnya.

Menurut dr. Seruni Mentari Putri dari KlikDokter, sejujurnya butuh waktu pula bagi orang tua untuk bisa sampai pada tahapan penerimaan anak difabel seutuhnya. 

Kondisi ini diperburuk dengan sulitnya mencari pusat layanan yang tepat untuk sang anak.

Masalah keuangan juga jadi persoalan tersendiri. Merawat anak berkebutuhan khusus butuh biaya besar. Orang tua berpotensi terancam kehilangan pekerjaan karena sering bolos kerja demi merawat anak mereka.

Jadi, orang tua anak difabel juga disarankan untuk nggak mengabaikan kesehatan mental mereka, karena bisa berdampak negatif pada pola pengasuhan anak.

Dalam situs resmi Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, penyandang disabilitas terbagi menjadi tiga, yaitu:

Disabilitas fisik

Artinya memiliki keterbatasan atau gangguan pada fungsi tubuh. Contoh disabilitas fisik antara lain, tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, atau terdapat cacat pada anggota gerak.

Penyandang disabilitas fisik umumnya disebut sebagai tuna daksa yang artinya memiliki anggota tubuh yang kurang sempurna.

Berdasarkan penyebabnya, disabilitas fisik bisa digolongkan menjadi cacat bawaan (sejak lahir), disebabkan penyakit, atau disebabkan kecelakaan.

Disabilitas mental

Disabilitas mental berarti memiliki keterbatasan atau gangguan mental yang berpengaruh pada tingkah laku.

Penyebabnya bisa karena bawaan lahir atau diakibatkan suatu penyakit. Contohnya antara lain, retardasi mental, gangguan psikiatrik, serta gangguan mental organik.

Retardasi mental adalah gangguan intelektual yang umumnya ditandai dengan kemampuan mental atau inteligensi yang berada di bawah rata-rata, skor IQ di bawah 70.

Ganguan psikiatrik adalah gangguan kesehatan jiwa, yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang, sehingga menyebabkan disfungsi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Sedangkan gangguan mental organik (GMO) adalah gangguan mental yang secara patologi bisa dijelaskan, seperti tumor otak. GMO merupakan gangguan jiwa yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak.

Disabilitas ganda

Disabilitas ganda artinya menyandang kedua jenis keterbatasan sekaligus, baik itu dari segi fisik maupun mental.

Setelah mengetahui lebih dalam tentang ABK, lalu bagaimana kita merawat dan mendidiknya? Yuk Moms, kita ulas satu per satu di sini.

Merawat dan mendidik anak-anak berkebutuhan khusus memang bukan hal yang mudah tapi bisa, jika kita punya tekad dan usaha yang kuat. Anak difabel membutuhkan perhatian khusus yang lebih besar dibandingkan anak-anak pada umumnya.

Menurut laman Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus Universitas Sanata Dharma, setidaknya ada beberapa hal dasar yang bisa dilakukan oleh orang tua. Di antaranya adalah:

Kesadaran dan identifikasi

Kesadaran dan kepekaan kita terhadap tumbuh kembang anak sangatlah penting. Orang tua juga perlu mengenali jenis keterbatasan yang dimiliki oleh sang buah hati, agar lebih siap dalam melakukan pengasuhan ke depannya.

Menerima

Menerima kondisi anak berarti bersedia merawatnya dengan penuh cinta dan kasih sayang, serta memberikan pendidikan yang layak seperti anak normal pada umunya.

Di sisi lain, orang tua perlu terus melakukan pengawasan atau pemantauan terhadap anak, guna mencegah terjadinya penurunan pada tumbuh kembangnya.

Adaptasi

Kita sebagai orang tua sudah sepatutnya beradaptasi dengan berbagai kebutuhan anak, baik dalam hal pendidikan, sosial atau kebutuhan lainnya.

Beradaptasi merupakan salah satu bentuk dukungan kita, agar anak lebih mudah berkembang dengan potensi yang dimilikinya.

Perhatian yang baik

Kita wajib memberikan perhatian yang cukup bagi anak. Cukup berarti tidak kurang, tapi tidak juga berlebihan agar anak bisa tumbuh menjadi sosok yang mandiri di kemudian hari.

Perhatian yang dimaksud bisa berupa dengan cara memberikan motivasi dan bimbingan, misalnya mengajari anak tentang aktivitas sehari-hari, seperti makan, mandi atau memakai baju.

Kita juga perlu mengajak si kecil berjalan-jalan atau rekreasi untuk mengenalkan lingkungan di luar rumah.

Kolaborasi

Mendidik ABK tidak bisa sendirian, kita butuh dukungan lain seperti keluarga besar, dokter, hingga sekolah yang memadai.

Kita sebaiknya menjelaskan kepada keluarga besar tentang kondisi sang buah hati, sehingga yang lain bisa paham dan ikut beradaptasi.

Pendekatan serupa juga perlu dilakukan ke lingkungan sekitar, kadang orang tua dari anak-anak normal enggan untuk bersosialisasi dengan orang tua anak difabel karena dianggap berbeda dan takut direpotkan.

Di waktu yang sama, orang tua juga dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter atau memberikan penanganan yang terbaik, misalnya terapi atau perawatan lain.

Untuk masalah pendidikan, orang tua disarankan memilih sekolah yang memang sesuai dengan kebutuhan anak. Pastikan juga sekolah tersebut memiliki reputasi yang baik dengan para pengajar yang kredibel.  

 

Sumber:

https://www.caregiversupportservices.com/6-tips-for-caring-for-a-child-with-special-needs/

https://www.slbminwa.sch.id/read/74/tindakan-tepat-orang-tua-dengan-anak-berkebutuhan-khusus

https://www.klikdokter.com/ibu-anak/kesehatan-anak/jangan-lupakan-kesehatan-mental-orang-tua-anak-difabel-ini-alasannya

 

0 Komentar :

Belum ada komentar.