Moms, pernah menonton video tentang pola asuh anak gaya VOC parenting, versus video cuplikan seorang aktris terkenal sekaligus ibu dari satu anak di platform media sosial? Aktris tersebut diklaim berhasil menerapkan gentle parenting kepada putra pertamanya yang baru berusia satu tahun.
Lantas, apa itu VOC parenting? Asal-usulnya diambil dari kata “VOC” yang merujuk pada singkatan dari Vereenidge Ooostindische Compagnie, yakni perusahaan dagang yang didirikan oleh Belanda pada masa penjajahan di Indonesia. VOC dikenal sebagai perusahaan diktator, kejam kepada rakyat, dan suka memerintah paksa.
Nah, pola asuh ala VOC parenting atau tiger parenting ini dijadikan istilah yang menggambarkan sikap orang tua yang tegas, dan nggak tabu menunjukkan sikap marah dalam mendidik anak-anak.
Tentu ada pro dan kontra dengan pola pendekatan gaya disiplin tinggi ini. Sebagian netizen setuju dengan konten kreator VOC parenting, yang menjelaskan bahwa para ibu merasa lebih baik dalam mendidik anak.
Dengan pendekatan tegas, hasilnya rata-rata anak akan lebih patuh kepada orang tua, punya rasa disiplin, dan paham aturan. Anak-anak jadi lebih mandiri serta bertanggung jawab terhadap kegiatan sehari-hari. Misalnya, mereka siap mengambil baju sendiri, padahal belum genap berusia dua tahun.
Anak-anak yang diasuh dengan pendekatan disiplin ini nggak masalah saat makan atau minum sendiri tanpa disuapi ibu.
Tentu pola asuh seperti ini ada juga kelemahannya. Di sini, penerapan VOC parenting memang membuat kontrol orang tua jadi sangat tinggi, tapi mudah sekali meninggalkan luka batin kepada anak. Apalagi kalau diikuti kekerasan secara verbal dengan kata-kata kasar.
Berbeda dengan gentle parenting yang diterapkan oleh si aktris tersebut. Ia menerapkan pendekatan lemah lembuh dan penuh kasih sayang kepada putranya. Prinsip yang dianutnya yakni menekankan rasa hormat, empati, tahu batasan, dan pengertian.
Efek positif dari gentle parenting ini adalah membangun hubungan erat antara anak dan orang tua, sehingga anak diharapkan kelak akan tumbuh menjadi orang yang dewasa dan bahagia.
Namun, pendekatan ini ada juga potensi negatifnya. Jika orang tua nggak bisa mengontrol batasan dengan baik, maka orang tua menjadi permisif atau selalu mengizinkan semua hal yang diminta anaknya. Ini juga bisa membuat anak jadi sulit bertanggung jawab lho, Moms.
Menurut Krista Erinda, pakar pengasuhan anak yang mendalami studi infant toddler development family engagement di New York, pengaruh budaya barat yang menciptakan gentle parenting sering kali nggak cocok dengan budaya Asia.
Meski demikian, Krista menegaskan bahwa sebenarnya nggak ada satu pun gaya pengasuhan yang paling benar.
“Aku sih percaya nggak ada satu gaya parenting yang paling benar. Ketegasan orang Asia itu ada maksud baik, orang tua ingin melihat anaknya kuat," kata Krista.
"Sebaliknya, gentle parenting itu agak tricky, kalau salah justru bisa jadi permissive parenting, dan malah bisa menciptakan generasi stroberi,” ujar Krista.
Mungkin kita bisa sesuaikan pola asuh yang diterapkan pada keluarga masing-masing, ya Moms. Tapi tetap tanpa melupakan budaya ketimuran ala Indonesia, seperti menghormati orang tua dengan sebutan “bapak” atau “ibu” untuk yang lebih tua. Lalu, kebiasaan cium tangan atau salim kepada yang lebih tua.
Intinya, boleh juga dikombinasikan pola asuh anak dengan pendekatan antara gentle parenting dengan VOC/tiger parenting.
Masih ragu-ragu mau pilih pendekatan yang mana? Moms bisa berkonsultasi langsung kepada psikolog, agar mendapatkan saran atau strategi pola asuh yang tepat, sesuai kebutuhan dan kondisi anak.
Source :
https://www.alodokter.com/gentle-parenting-pola-asuh-anak-dengan-pendekatan-yang-lembut
https://www.rappler.com/life-and-style/relationships/counselor-take-tiger-parenting-technique/
0 Komentar :
Belum ada komentar.