Kesehatan Ibu

Pembalut Jagung, Lebih Sehat dan Ramah Lingkungan

Pembalut Jagung, Lebih Sehat dan Ramah Lingkungan
FOTO: Freepik

Moms, kali ini kita ngomongin pembalut ya. Selama ini kita kan kenalnya pembalut yang terbuat dari bahan plastik dan sintetis. Nah, pembalut jenis ini memang harganya murah, tapi mengandung banyak bahan kimia. 

Ada berita baik, kini industri yang membuat pembalut jagung mulai bermunculan. Pembalut jagung merupakan produk perawatan perempuan yang terbuat dari kulit jagung yang sudah diproses menjadi serat alami. Katanya sih, pembalut dari kulit jagung ini lebih baik dari pembalut sintetis. Apakah benar?

Bahaya pembalut sintetis

Melansir situs ramah lingkungan Zoobop, pembalut sintetis biasanya dibuat melalui proses pemutihan. Pembalut tipe ini juga cenderung menggunakan bahan rayon yang harganya murah.

Proses pemutihan dan rayon pada pembalut kemudian menghasilkan senyawa bernama dioksin. Tak hanya mencemari lingkungan, dioksin juga bisa terakumulasi dalam tubuh. 

Bayangkan, jika kita menggunakan pembalut tersebut selama kurang lebih satu minggu setiap bulan. Dalam beberapa tahun, kumpulan dioksin dalam tubuh bisa menyebabkan penyakit. Mulai dari gangguan kesuburan dan hormon, hingga beberapa tipe kanker. Ngeri, ya Moms!

Pembalut jagung  lebih sehat 

Nah, pembalut jagung nggak menggunakan bahan pemutih. Pembalut ini lebih sehat untuk dipakai jangka panjang. Seratnya juga lebih mampu menangkap panas, sehingga membuat nyaman pemakainya. 

Sifat alami jagung yang anti-bakteri dan hipoalergenik juga jadi unggulan. Risiko gatal, alergi, dan rasa nggak nyaman saat memakai pembalut akan jauh berkurang. 

Memang sih harga pembalut jagung lebih mahal dari pembalut biasa. Tetapi, demi kenyamanan dan kesehatan, pembalut jenis ini layak jadi pilihan.

Banyaknya limbah pembalut sintetis

Menurut Menstrual Health Alliance di India, pembalut sintesis perlu 500-800 tahun untuk bisa terurai. Padahal, satu orang wanita aja bisa menggunakan kurang lebih 125 kilogram pembalut selama tahun-tahun menstruasinya.

Limbah pembalut sintesis masih jadi permasalahan lingkungan yang belum terpecahkan. Terlebih beberapa pembalut sintesis mengandung senyawa poliakrilamida yang bisa mencemari air.

Pembalut jagung terurai hanya dalam dua tahun

Hadirnya pembalut jagung bisa jadi alternatif masalah lingkungan ini. Oleh karena serat alaminya, pembalut ini hanya butuh waktu dua tahun untuk terurai.

Jika banyak wanita beralih ke pembalut jagung, maka limbah pembalut bisa dipastikan nggak akan terus menumpuk. Bahaya pencemaran sumber daya lainnya juga bisa dicegah.

Pembalut jagung pertama di dunia

Adapun kesadaran akan pentingnya beralih ke pembalut jagung ini ternyata belum lama muncul lho, Moms! Pasangan asal Singapura, Peck Ying Tan dan Caleb Leow jadi orang pertama yang menginisiasi produksi pembalut jagung.

Sebelumnya, pada tahun 2014, Tan dan Leow sudah memproduksi patch penghangat untuk redakan nyeri menstruasi. Beberapa tahun setelahnya, mereka mulai merancang pembalut jagung pertama di dunia. 

Oleh karena sambutan yang baik dari konsumen, pembalut jagung mereka sudah dipasarkan ke seluruh dunia. Indonesia jadi salah satun tempat pemasaran produk pembalut jagung ini.

Testimoni pengguna pembalut jagung

Lantas, bagaimana sih rasanya memakai pembalut jagung? Jacinta Tomin, warganet asal Malaysia, berbagi pengalamannya melalui situs komunitas gaya hidup Lemon8.

Penampakan pembalut jagung yang tipis sempat membuatnya terkejut. Namun, ternyata dapat menyerap banyak cairan dengan baik.

Selain itu, ia juga mengaku sangat nyaman memakai pembalut tersebut. Selain nggak bikin gatal, pembalut jagung juga nggak berbau. 

Selain pembalut jagung, pembalut dari serat bambu dan katun juga bisa jadi pilihan. Karena memakai serat alami, keduanya lebih nyaman dan mudah terurai.

Semoga kemunculan pembalut jagung ini bisa jadi tren yang meledak di pasaran. Selain bisa mengurangi risiko kesehatan pada wanita, lingkungan juga bisa lebih dijamin terjaga kelestariannya. 

Tertarik untuk mencoba pembalut jagung, Moms? 

 

 

 

0 Komentar :

Belum ada komentar.