Moms, yang namanya kebohongan biasanya pasti berujung pada kekecewaan. Nggak heran kalau di tengah masyarakat yang masih berpegang kuat pada ajaran agama, kerap menilai bahwa berbohong adalah sebuah perbuatan dosa dan tercela.
Tapi sebenarnya, setiap orang pernah berbohong. Entah karena melakukan kesalahan atau mungkin berbohong dengan alasan untuk sebuah kebaikan. Nah, kebohongan dengan dalih "untuk kebaikan" ini biasa dikenal dengan istilah white lies.
So, apa sebenarnya white lies? Apakah wajar jika dilakukan?
White lies pada dasarnya adalah kebohongan yang dilakukan dengan alasan untuk kebaikan orang lain atau sesuatu. Biasanya, orang yang melakukan hal ini sudah berpikir bahwa dampak yang muncul nantinya akan berpengaruh baik pada orang yang dibohongi.
Salah satu contohnya, adalah ketika orang tua mengatakan pada anaknya yang sedang belajar main biola bahwa permainan biolanya keren dan terdengar indah, demi menyenangkan hati si anak dan membuatnya tambah semangat belajar main biola. Padahal, permainan biola si anak boleh dibilang jelek nggak karuan. Entah anak itu berbakat atau nggak.
Istilah ini sendiri muncul pada sekitar abad ke-14, di mana pada saat itu ada perbedaan warna. Pada zaman itu, putih disimbolkan sebagai murni secara moral, sebaliknya hitam disimbolkan sebagai niat jahat.
White lies dianggap wajar karena sering kali tidak berbahaya.
Biasanya, hal ini dilakukan juga untuk menunjukkan perilaku sosial yang baik. Sebagai contohnya:
· Memuji seseorang bahwa mereka tampil menawan dengan pakaiannya
· Mengatakan “on the way (OTW) ya” padahal kita masih siap-siap
· Tertawa padahal yang sebenarnya nggak lucu, agar tidak ada yang tersinggung
· Mengaku terlewat mengecek chat yang dikirimkan via media sosial.
Intinya, white lies dibuat dengan tujuan yang menguntungkan, baik untuk orang yang berbohong maupun yang dibohongi. Apalagi jika sebuah kebohongan dibuat untuk kebaikan orang banyak.
Hal ini tentunya berbeda dengan kebohongan sebenarnya yang kadang terkandung niat jahat.
Berikut beberapa alasan yang sering digunakan untuk melakukan white lies:
· Menghindari hal yang merugikan
White lies biasanya dilakukan supaya kita tidak menyakiti orang lain. Misalnya, saat kita mengetahui ada teman berbohong pada orang lain, kita memilih diam dan mendengarkan percakapan mereka.
Tindakan itu sebenarnya kurang tepat, tapi kita memilih untuk diam karena tidak ingin menyakiti hati teman sendiri, dan melindungi semuanya dari hal-hal yang akan merugikan di kemudian hari.
· Meluruskan hal negatif
Saat ada anggota keluarga senior yang mulai mengalami gangguan penyakit demensia (pikun), di mana gangguan pada otaknya menyebabkan kemampuan berkomunikasi dan beraktivitas rutin harian yang bersangkutan terganggu, maka berkata jujur apa adanya mungkin akan menyakiti hati penderita.
Karena itu, white lies bisa jadi opsi, demi menjaga agar penderita demensia tidak semakin ketakutan, berperilaku negatif, kehilangan kepercayaan diri, dan emosinya tidak terkontrol.
Kita bisa memberikan pandangan yang jauh lebih baik, supaya anggota keluarga tersebut tidak berpikiran negatif, dan berharap dia bisa berperilaku normal seperti layaknya sebelum kena ganggua demensia.
Dalam situasi lain yang sangat ekstrem, white lies bisa dilakukan untuk melindungi diri dari pasangan emosional yang suka melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Serangan fisik bisa dihindari hanya gara-gara sang istri melakukan white lies, dengan berbohong untuk melindungi dirinya dan anak-anak dari aksi kekerasan suami pelaku KDRT tersebut.
· Mematuhi norma atau aturan yang berlaku
Meskipun tidak tertulis secara resmi, kita tentunya tidak boleh mengkritik seseorang di tengah keramaian.
Kalau tetap melakukan hal tersebut, kita akan dianggap melanggar norma sosial dan akan mendapatkan hukuman berupa pengucilan atau bahkan ujaran kebencian dari orang sekitar.
Dalam lingkup pertemanan, tindakan white lies sering sekali dilakukan untuk menjaga keharmonisan dan menghindari hal-hal yang negatif.
Daripada mengatakan hal-hal yang ada dalam pikiran dan memicu keretakan, akan lebih baik kalau kita diam dan mengatakan hal yang sebaliknya.
· Memberikan harapan pada seseorang
Biar bagaimana pun, white lies adalah tindakan yang mungkin saja keliru dalam norma umum dan dianjurkan untuk tidak dilakukan secara terus menerus.
Salah satu alasannya, karena white lies bisa memberikan harapan palsu pada seseorang.
Misalnya saat kita langsung mengiyakan ajakan teman yang minta ditemani ke sebuah pesta, padahal kita sudah punya acara lain.
Tindakan tersebut secara tidak langsung akan membuat teman tersebut senang dan berharap lebih, padahal kita sendiri belum tentu bisa menemaninya.
Cara menyikapi white lies
· Kita harusnya bisa belajar untuk mau menerima kebenaran, meskipun itu menyakitkan. Dengan begitu, orang lain tidak akan melakukan kebohongan hanya demi menyenangkan hati kita, atau karena takut membuat kita merasa tidak nyaman. Tentunya pernyataan ini lebih mudah diucapkan daripada dilaksanakan.
Kita juga harus belajar untuk nggak terlalu gampang melakukan white lies sebagai jalan keluar termudah, dan berupaya bersikap jujur pada diri sendiri ataupun orang lain.
Pada prinsipnya, secara umum, kejujuran adalah yang terbaik, meski dalam situasi dan kondisi tertentu bisa aja ada pengecualian yang akhirnya terpaksa membuat kita melakukan white lies.
Jadi, meski white lies ujung-ujungnya ditoleransi, tapi sebaiknya dipikir dulu secara matang manfaat atau mudharat-nya, dan perlu atau tidaknya melakukan white lies.
Hal paling penting, pastinya tidak boleh ada yang dirugikan atau disakiti gara-gara kita melakukan white lies.
Sumber:
https://www.psychologytoday.com/intl/blog/the-nature-deception/202010/what-is-white-lie
https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/6-alasan-berbohong/
https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/6-alasan-berbohong/
0 Komentar :
Belum ada komentar.