“Aku seperti orang asing di rumah ini. Cinta itu hilang entah kemana...”
“Suamiku meninggalkan hatiku. Dia nggak pernah melihat apalagi mendengarkanku.”
“Sudah terlalu lama aku merasa sendirian, padahal punya suami.”
“Aku berusaha sendirian untuk memperbaiki rumah tangga ini, tapi dia terus-menerus menghancurkannya. Memang sudah seharusnya aku diam.”
“Setelah bertahun-tahun menikah, sekarang hal-hal kecil yang dulu kuanggap enteng malah bisa jadi sumber malapetaka...”
Keretakan rumah tangga nggak selalu karena perselingkuhan atau karena kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Tapi juga bisa disebabkan oleh ketidakpuasan dalam menjalani hubungan.
Suami istri bisa berada dalam situasi nggak memiliki kesejahteraan emosional yang cukup dalam hubungan pernikahan. Semuanya bermula dari hal-hal kecil yang bahkan nggak pernah kita duga.
Seorang psikolog ternama dan pendiri the Gottman Institute di Amerika, Dr. John M. Gottman, menyampaikan bahwa hubungan bisa gagal jika pasangan memiliki salah satu dari empat sifat berikut, yakni: stonewalling, sarkasme, penghinaan dan kritik.
Dari keempat hal tersebut, Gottman menyimpulkan bahwa "penghinaan" menjadi nomor teratas penyebab perceraian.
Tak hanya itu, Gottman juga menyebut semua sifat negatif tersebut sebagai silent killers, penyebab yang diam-diam menggerogoti pondasi pernikahan. Tidak seperti perselingkuhan, silent killers tidak mudah dikenali.
Maka dari itu, penting untuk menyadari dan menyerang balik, sebelum hal-hal tersebut membunuh keharmonisan rumah tangga kita.
Berikut ini adalah beberapa silent killer dalam sebuah hubungan keluarga yang bisa mengarahkan ke perceraian:
Menghindari konflik
Kebanyakan orang berusaha menghindari konflik karena hal tersebut tidak nyaman untuk dilalui.
Akan tetapi, Dr. Connie Omari, seorang psikoterapis pendiri konseling online Talk Therapy di Amerika, mengatakan bahwa menghindari konflik termasuk silent killers.
Karena tindakan itu akan menimbulkan konflik lagi di kemudian hari. Bukannya mengatasi konflik, kita hanya mengulur waktu dan membuat konflik itu bertambah buruk.
Menyangkal perasaan dan emosi
Sulit untuk menghindari situasi seperti ini, karena emosi bisa terjadi tanpa disadari. Misalnya suatu hari hubby mengatakan kita dingin, padahal kita tidak merasa telah melakukan hal tersebut.
Kita mungkin tidak bermaksud menyinggung, tapi jika pasangan merespon dengan emosional, itu akan menimbulkan masalah tersendiri.
Emosi ini membuat seseorang merasa dikucilkan, tidak terhubung dan tidak terdengar. Karakter ini jika dikombinasikan akan merusak hubungan dengan cepat.
Trauma yang belum terselesaikan
Kegagalan yang berurusan dengan trauma masa lalu dapat merusak hubungan rumah tangga tanpa disadari.
Ketika seseorang menderita trauma yang belum terselesaikan, mereka sering kali tidak mampu menjalani kehidupan dan tak bisa melupakan beberapa pemicu yang berkaitan dengan trauma itu.
Misalnya, pasangan pernah dikhianati, dia akan memiliki rasa khawatir yang berlebihan. Trauma ini membuat dia terus-menerus bertindak untuk memeriksa kita dan melakukan kontak secara berlebihan.
Berurusan dengan trauma masa lalu tidak selalu mudah untuk diatasi sendiri. Dibutuhkan terapi khusus agar lebih mudah diselesaikan.
Kebencian
Menurut Christine Scott-Hudson, seorang psikoterapis, terapis pernikahan dan keluarga dan pendiri Create Your Life Studio, mengatakan bahwa kebencian yang tidak dapat disembuhkan dalam suatu hubungan dapat menjadi simpul maut penyebab perpisahan.
Kebencian terlihat dalam berbagai bentuk. Pasangan mungkin terus membicarakan masa lalu, mereka bisa jadi pasif, agresif, atau sinis terhadap topik-topik tertentu.
Ketika ada kebencian dalam hubungan, biasanya itu berarti tidak ada cukup komunikasi yang terbuka dan jujur.
Jika ingin pernikahan berlangsung lama, menjaga komunikasi adalah hal yang penting.
Bohong soal uang
Seorang pengacara perceraian, Russle D. Knight mengatakan, dibanding yang lain, perceraian lebih banyak disebabkan oleh masalah keuangan. Itu pula sebabnya, dalam banyak kasus ada pasangan suami istri yang menjaga keuangan mereka tetap terpisah.
Dalam masalah keuangan, sering ada masalah ketika satu orang boros, sebaliknya pasangannya lebih hemat, maka kondisi ini akan menimbulkan pertengkaran. Ketika satu orang menyembunyikan kondisi keuangan mereka dan pasangannya tahu, itu juga akan menyebabkan timbulnya masalah hilangnya kepercayaan.
Stonewalling
Stonewalling terjadi ketika seseorang menarik atau menutup diri selama percakapan atau berargumen.
Mereka menutup diri secara emosi atau mental dari pasangan mereka, karena secara fisik mereka gelisah sampai pada titik di mana mereka tidak dapat membahas masalah lagi.
Kita tidak dapat menyelesaikan masalah, ketika satu orang tidak berusaha untuk melakukan hal yang sama.
Berubah
Idealnya kita dan pasangan akan terus bertumbuh bersamaan dengan berjalannya waktu, tapi itu tidak selamanya terjadi. Beberapa orang berubah dan mengetahui mereka telah melampaui pasangan mereka.
Sebagai contoh, hal ini kerap terjadi pada pasangan lansia yang sudah pensiun.
Sewaktu mereka bekerja, perbedaan menjadi sulit dideteksi. Perubahan tidak bisa dihindari. Jika keduanya tidak berubah dan bergerak maju ke arah yang sama, maka hubungan sulit untuk dipertahankan.
Sangat penting untuk memperhatikan silent killers, karena mereka bisa muncul kapan saja tanpa kita sadari. Bahkan bisa aja kita tidak menyadari telah melakukan kesalahan, sampai tiba-tiba kita telah dipenuhi perasaan negatif terhadap pasangan.
Yuk Moms, kita becermin pada hal-hal tersebut, semoga pernikahan kita bisa selamat dari silent killers. Semangat!
Sumber:
https://www.lovehealgrow.com/silent-relationship-killers/
https://www.parenting.co.id/keluarga/the-silent-killer-dalam-pernikahan
0 Komentar :
Belum ada komentar.