Kesehatan Ibu

Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit yang Merenggut Nyawa Komedian Popular

Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit yang Merenggut Nyawa Komedian Popular
Foto: Istimewa. Foto hanya ilustrasi informasi.

Komedian popular yang dikenal lewat stand up  comedy, Babe Cabita, meninggal dunia sehari menjelang Hari Raya Idul Fitri 1445 H. di RS Mayapada Lebak Bulus, Jakarta, akibat sakit "anemia aplastik" yang dideritanya.       

Mungkin Moms jarang mendengar penyakit bernama anemia aplastik. Seperti diketahui,  penyakit ini merupakan salah satu penyakit langka di dunia. Berikut ulasan mengenai anemia aplastik untuk  kita ketahui.

Apa yang dimaksud dengan Anemia Aplastik?

Anemia aplastik adalah jenis anemia yang terjadi saat tubuh berhenti memproduksi sel darah merah, sel darah putih, atau trombosit.

Anemia jenis ini membuat penderitanya cepat merasa lemas tanpa sebab yang jelas. Selain itu, penderita penyakit anemia aplastik akan mengalami penurunan hemoglobin terus-menerus. Hemoglobin adalah bagian darah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.

Kombinasi sedikitnya sel darah putih dan merah serta rendahnya trombosit, bisa menyebabkan peningkatan risiko infeksi serius pada penderita anemia aplastik, ditambah lagi dengan munculnya masalah pendarahan, masalah jantung, dan komplikasi lainnya.

Penyebab terjadinya Anemia Aplastik

Menurut jurnal Kepaniteraan Klinik Madya Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (2016),  ada beberapa faktor penyebab terjadinya anemia aplastik. Misalnya dari faktor primer seperti kelainan kongenital dan idiopatik. Sedangkan dari faktor sekunder mencakup banyak hal, antara lain, akibat adanya radiasi, konsumsi bahan-bahan kimia, obat-obatan, infeksi oleh virus, dan faktor genetik.

Dikutip dari Antara,  praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama menyatakan bahwa anemia aplastik merupakan kondisi seseorang yang mengalami kegagalan sumsum tulang belakang untuk mereproduksi tiga jenis sel.

“Ketiga sel itu meliputi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit),” kata dr. Salama.

Menurut dr. Salama, ada beberapa penyebab seseorang terkena anemia aplastik. Antara lain penyakit tersebut bisa didapat dari adanya keturunan genetik atau didapat selama hidup karena penyakit menular atau tidak menular, efek kemoterapi dan radioterapi pada kanker, autoimun, konsumsi obat-obatan atau zat kimia dan infeksi lainnya.  

Bagaimana seseorang terindikasi Anemia Aplastik?

Menurut beberapa ahli, penyakit ini merupakan jenis penyakit langka yang jarang terjadi di setiap negara. Menurut dr. Salama, kondisi ini sangat jarang terjadi di Indonesia. Mengingat kurang dari 15.000 orang per tahunnya atau setara dengan 5 kasus per 100.000 orang. 

Adapun beberapa gejala yang bisa diindikasikan bahwa seseorang menderita anemia aplastik yakni;

  • Gampang lelah
  • Muka pucat pasi
  • Kulit mengalami luka memar atau muncul lebam kebiruan di kulit (walaupun tidak terkena benturan)
  • Sesak napas
  • Jantung berdebar cepat
  • Sering mengalami pusing dan sakit kepala hebat
  • Mudah tertular sakit infeksi seperti batuk pilek atau diare
  • Kuku mudah patah dan rambut kering

Pencegahan Anemia Aplastik

Meskipun kebanyakan kasus anemia aplastik tidak bisa dicegah, tapi risikonya bisa dihindari. Misalnya, Moms bisa menghindari paparan bahan kimia beracun. Sebisa mungkin gunakan alternatif pembersih yang lebih aman, dan lindungi diri saat berhadapan dengan bahan kimia di rumah atau tempat kerja.

Lalu, saat Moms menerima obat dari dokter, konsultasikan terlebih dahulu. Jangan ragu mendiskusikan obat-obatan yang akan dikonsumsi. Begitu juga dengan deteksi dini jika Moms sering merasa mengalami gejala anemia aplastik seperti mudah lelah, sering infeksi, atau mudah memar, segera periksakan diri ke dokter. 

Begitu pun untuk anak-anak dengan riwayat keturunan kanker seperti kanker darah atau autoimun, dianjurkan untuk melakukan skrining darah secara berkala 6 atau 12 bulan sekali dengan pemeriksaan hematologi lengkap. Bahkan sesuai anjuran dokter,  bisa pula diperiksakan bone marrow puncture dan Red Blood Cell Distribution Width (RDW) untuk mengukur kisaran ukuran sel darah merah.

“Selain menjaga pola hidup sehat, ada baiknya segera periksakan darah lengkap secara gratis dengan BPJS di puskesmas terdekat atau mandiri,” ungkap dr. Salama.

Mengobati Anemia Aplastik

Penanganan anemia aplastik lazimnya didasarkan pada tingkat keparahan, umur pasien, dan penyebab penyakit tersebut jika diketahui. Dalam kasus ringan, dokter akan mengamati dulu perkembangan kondisi pasien.

Dalam kasus berat atau sangat berat, di mana kadar sel darah putihnya sangat rendah, maka pasien perlu perawatan secepatnya.

Pilihan seperti melakukan transplantasi sumsum tulang atau stem cell bisa jadi alternatif pengobatan yang dipilih dokter utnuk menyembuhkan pasien anemia aplastik.

Selain itu, dokter juga akan melakukan tindakan transfusi darah, memberikan obat-obatan untuk mencegah sistem imun menyerang sel punca sumsum tulang, utamanya bagi pasien yang memiliki gangguan autoimun, serta obat stimulan sumsum tulang untuk membantu meningkatkan produksi sel darah.

Moms, itulah  ulasan singkat terkait penyakit Anemia Aplastik. Semoga dapat membantu ya Moms!

0 Komentar :

Belum ada komentar.