Moms, pernah dengar istilah Generasi Alpha? Istilah ini menggambarkan anak yang lahir pada tahun 2012-2025. Mereka dilahirkan dari orang tua Generasi Milenial (1981-1996) dan Gen X (1965-1980). Generasi ini mirip dengan Gen Z (1997-2012), tapi jauh lebih melek teknologi sejak usia belia.
Generasi Alpha terbiasa dengan gadget seperti smartphone, ipad, atau tablet. Mereka nyaris nggak pernah bisa lepas dari penggunaan Internet setiap hari.
Dilansir dari Parents.com, generasi Alpha akan lebih mudah menerima keberagaman di dunia. Menurut profesor sosiologi dan direktur Pusat Inovasi Ilmu Sosial di Universitas Boston, Deborah Carr, PhD, keberagaman dapat diterima dan semakin inklusif di generasi ini.
“Mereka tumbuh dalam masyarakat yang lebih beragam, sehingga mereka lebih berpikiran terbuka terhadap orang-orang yang berbeda dari dirinya,” kata Carr.
Generasi Alpha akan terus belajar dan merasa nyaman menggunakan teknologi sebagai media sumber informasi. Bisa berjam-jam mereka habiskan untuk menatap layar laptop, ipad, smartphone atau gadget lainnya untuk belajar atau bermain.
Para orang tua mungkin sudah nggak asing lagi menyaksikan anak-anak makan sambil membawa gadget kesayangan mereka. Atau mungkin sudah terbiasa melihat anak-anak memvisualisasikan keinginan, dengan menggunakan tablet di depan orang tua.
Ini merupakan tantangan bagi semua orang tua dalam membesarkan anak di tengah kemajuan teknologi.
Apakah orang tua masih perlu bersikap main larang? Tentu sudah nggak zamannya, ya Moms. Meski, tetap perlu ada kontrol yang dibarengi dengan keterbukaan komunikasi.
Ada beberapa pendekatan persuasif yang bisa dilakukan, misalnya membatasi gadget, di mana anak hanya diperbolehkan menggunakannya beberapa jam dalam sehari.
Lalu, anak bisa diajak ngobrol tentang pengalamannya hari itu sambil menatap matanya. Hal ini bisa memberikan efek anak merasa dimengerti, dipahami, dan didengarkan oleh orang tua.
Lalu, generasi Alpha juga akan menghadapi tantangan jejak digital di media sosial. Kata Francyne Zeltser, PsyD, psikolog yang aktif di Manhattan Psychology Group, AS, setiap postingan foto atau video yang diunggah di media sosial pribadi anak akan menjadi portofolio mereka.
“Generasi sebelumnya tidak perlu mempertimbangkan jejak digital yang ditinggalkan orang tua, ketika mereka masih di bawah umur. Kami belum melihat dampak jangka panjang dari jejak digital ini. Jadi belum apakah dampaknya akan membantu atau berbahaya bagi anak-anak Alpha, tapi penting untuk berhati-hati terhadap apa yang anak posting,” kata Zeltser.
Akan banyak tantangan yang dihadapi Generasi Milenial dan Gen X dalam mengasuh Gen Alpha, yakni perubahan iklim, cara bersosialisasi, dan teknologi. Untuk perubahan iklim, anak mesti diajarkan sejak dini sebagai bentuk pertahanan di masa mendatang.
Anak bisa diajak diskusi tentang banyak hal, termasuk rencana dan cita-cita ke depan, sambil diberikan arahan untuk tetap menjaga kesehatan mental di tengah cepatnya perubahan zaman.
Tapi, jangan lupa, ya Moms. Supaya jangan ketinggalan, Moms juga harus mengikuti perkembangan teknologi yang digunakan anak-anak.
Kalau nggak ikut beradaptasi, bagaimana para orang tua bisa membimbing anak supaya menggunakan gadget secara aman (dari perangkap hijacked, phising, atau cyber criminal lainnya).
Jadi, penting bagi orang tua agar paham penggunaan aplikasi atau tools yang digunakan anak-anak agar nggak kecolongan.
Source :
https://www.parents.com/parenting/better-parenting/style/who-is-generation-alpha/
https://theeverymom.com/gen-alpha/
https://dailycollegian.com/2024/04/the-children-of-generation-alpha-have-a-technology-problem/
0 Komentar :
Belum ada komentar.