Moms yang sudah memberikan ASI eksklusif selama enam bulan, biasanya akan mengenalkan MPASI (Makanan Pendamping ASI) kepada anak.
Tapi apakah pemberian ASI langsung berhenti begitu saja setelah bayi berumur enam bulan dan berlanjut dengan memberikan anak sufor (susu formula)?
Ternyata, dokter anak di Indonesia sepakat bahwa pemberian ASI setelah enam bulan harus dilanjutkan dengan MPASI dan dirasa sudah cukup memberikan nutrisi kepada anak tanpa harus memberikan asupan sufor.
Karena untuk anak yang sudah berusia di atas dua tahun, sebenarnya tidak perlu menambahkan asupan sufor kecuali dengan kasus tertentu.
Seperti yang dilansir di Suara, menurut dokter spesialis anak dr. S.T. Andreas Christian Leyrolf, M.Ked (Ped), Sp.A. mengatakan bahwa asupan ASI dan makanan pendamping ASI sudah cukup memenuhi kebutuhan anak.
Tidak wajib bagi orang tua memberikan susu formula sebagai upaya untuk mencegah stunting. Pasalnya, dengan pemberian ASI eksklusif dan makanan, jika kebutuhannya telah terpenuhi, maka hal tersebut sudah cukup.
“Sebenarnya susu formula itu tidak diberikan secara rutin di bawah usia 2 tahun karena masih ASI dan juga makan saja sampai usia 2 tahun cukup. Karena kebutuhan ASI dan makanan itu sudah cukup memenuhi kebutuhan anak. Kapan kita memberikan susu formula? Kalau kita menemukan bahwa makanan saja si anaknya itu tidak bisa memenuhi kebutuhan nutrisinya. Jadi untuk menambah yaitu dengan susu formula tambahan dan diberikan untuk usia di atas 2 tahun,” kata dr. Andreas.
Sama seperti dr. Tan Shot Yen, M.Hum yang aktif di sosial media Instagram pribadinya menggerakkan kampanye dukung ASI dan MPASI bagi anak-anak hingga umur 2 tahun. Menurut pakar gizi masyarakat lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menjelaskan bahwa anak di atas umur dua tahun perlu minum susu tambahan seperti susu formula adalah mitos yang berkembang di masyarakat.
Para ibu beralasan memberikan susu formula kepada bayi dikarenakan desakan atau nasihat mertua, teman, tetangga, bahkan merasa iri dengan anak-anak lain yang bertubuh gemuk.
"Iri dengan anak-anak lain yang gembul. Jadi, patokannya bukan kurva tumbuh kembang KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), WHO tetapi patokannya anak tetangga yang kayak roti sobek," kata dr. Tan.
Menurutnya, ada beberapa alasan medis yang dapat diterima sebagai dasar penggunaan pengganti ASI, antara lain bayi mengalami galaktosemia klasik sehingga diperlukan formula khusus bebas galaktosa, atau ibu terinfeksi HIV namun dengan catatan jika pengganti ASI dapat diterima, layak, terjangkau, berkelanjutan dan aman.
Kandungan susu formula tinggi gula
Dikutip dari Antara bahwa hasil temuan dari Helen Keller Indonesia (HKI) setelah menganalisis 100 susu pertumbuhan yang beredar di Indonesia pada tahun 2017-2019 memperlihatkan sebanyak 98 persen susu pertumbuhan mengandung satu atau lebih gula tambahan atau pemanis.
Rata-rata Moms, susu formula memiliki kandungan 75 persen sukrosa atau mungkin 1-10 gula tambahan untuk menambahkan rasa manis. Biasanya juga selain sukrosa ada kandungan turunan gula lainnya seperti laktosa, turunan madu, fruktooligosakarida, galaktooligosakarida, dan sirup glukosa padat merupakan jenis gula yang paling umum ditambahkan pada sufor.
Untuk kandungan susu pertumbuhan anak batita (usia 1-3 tahun) memang mengacu pada kandungan yang berbahan dasar susu sapi, protein, suplementasi asam lemak, mikronutrien atau zat penambah gizi-probiotik, prebiotik, dan simbiotik.
"Susu pertumbuhan beredar di Indonesia berdasarkan Model Nutrient Profiling dari Food Standars Agency (FFA) Inggris termasuk kategori tidak sehat dengan kandungan gula tinggi," kata dr. Dian Nurcahyati Hadihardjono dari HKI.
Ia setuju jika anak (usia di atas dua tahun) yang sudah bisa mengonsumsi makanan keluarga, tidak perlu tambahan susu formula sebagai pendamping nutrisi. "Ketika manusia sudah masuk usia bisa mengonsumsi makanan keluarga, maka susu sama seperti sumber kelompok protein hewani lainnya.
Kalau lihat panduan Kemenkes, 'Isi Piringku', sudah ada pedoman berapa porsi lauk atau protein yang dibutuhkan setiap kali makan," tutur dr. Dian.
Jadi Moms, pemberian susu formula bisa diberikan kepada bayi atau anak apabila memang ada kasus tertentu dan tetap harus sesuai anjuran dokter spesialis anak. Usahakan tetap memberikan ASI terlebih dahulu kepada anak agar tumbuh kembangnya dapat optimal.
Semangat mengASIhi ya Moms!
Source :
https://www.suara.com/lifestyle/2023/12/10/183700/dear-bu-selvi-ananda-yakin-susu-formula-perlu-untuk-anak-usia-2-tahun-cek-nih-kata-para-ahli
https://www.antaranews.com/berita/3882477/ibu-tak-beri-asi-langsung-pada-bayi-ini-sederet-akibatnya
https://www.antaranews.com/berita/1973853/perlukah-anak-di-atas-usia-dua-tahun-diberi-susu
0 Komentar :
Belum ada komentar.