Kesehatan Anak

Edukasi Seks untuk Anak Tabu? Wajib Kali!

Edukasi Seks untuk Anak Tabu? Wajib Kali!
FOTO: iStock

Seks? Banyak yang menganggap seks itu tabu untuk dibicarakan, apalagi untuk anak-anak.

Sebenarnya edukasi tentang seks sangat penting diberikan pada sang buah hati, terutama di usia dini. Di era media sosial serba bebas seperti sekarang, anak-anak mudah mendapatkan informasi sesat dari lingkungan sekitar dan dunia online. 

Anak-anak kita perlu mengetahui  perilaku seksual yang sehat, untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual dan informasi nggak benar yang bisa mengganggu fokus anak-anak. Belakangan ini, media sering memberitakan kasus-kasus tindakan kekerasan seksual pada anak di masyarakat.

Jangan lupa,  anak-anak  sekarang juga makin kreatif mencari informasi, dan ujung-ujungnya bisa terjerat jadi konsumen pornografi yang menyesatkan pola pikir mereka tentang seks yang sehat. Anak laki-laki, dari usia muda hingga remaja sangat rentan dengan godaan pornografi, yang diawali dari rasa penasaran.

Dengan edukasi seks secara dini, diharapkan anak tidak akan mendapatkan informasi yang salah atau yang kurang tepat seputar seks.  Sumber yang tidak dapat dipercaya ini bisa dari internet atau dari teman-teman sebaya.

Karena itu, menjadi penting orang tua ikut berperan  dalam edukasi seks pada anak-anak, agar mereka paham kalau orang tua juga bisa diajak diskusi seputar seks.

Edukasi seks membuat anak jadi paham tentang Do's dan Don'ts (apa yang boleh dan nggak boleh dilakukan) terkait seks dan perlindungan tubuh mereka. 

Dengan diskusi terbuka, anak-anak diharapkan bisa lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri.  Positifnya, mereka tidak akan merasa canggung untuk membahasnya lebih dalam dengan kita, ya Moms.

Makna seks sendiri adalah jenis kelamin, yaitu jenis kelamin yang membedakan pria dan wanita secara biologis. Pendidikan seks bisa ditanamkan sejak dini, ketika si kecil mulai bertanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas.

Misalnya saat anak bertanya, mengapa organ tubuh laki-laki berbeda dengan perempuan. Atau pertanyaan klasik, dari mana adik kecil lahir, kenapa ibu hamil, kenapa Mom punya payudara dan ayah nggak punya.

Menurut tokoh psikonalisis, Sigmund Freud, tahapan perkembangan psikoseksual yang dilalui anak terbagi menjadi beberapa fase. Psikoseksual adalah perubahan pemahaman dan pengalaman seksual anak-anak sepanjang hidup mereka.

Fase pragenital

Fase pragenital adalah saat anak belum menyadari fungsi dan perbedaan alat kelamin antara laki-laki dan perempuan.

Masa ini dibagi menjadi dua, yaitu masa oral (0-2 tahun) dan masa anak (2-4 tahun). Masa oral ditandai dengan kepuasan yang diperoleh anak melalui daerah oral atau mulut.

Pada tahap ini, anak memperoleh informasi seksual melalui aktivitas mulutnya. Si kecil mendapat perasaan nikmat ketika menyusu melalui puting susu ibunya.

Sedangkan usia 1-2 tahun anak terlihat cenderung antusias memasukkan apa saja yang dilihat ke dalam mulutnya. Sementara pada masa anal, kepuasan anak didapat melalui daerah anusnya.

Rasa nikmat dirasakan melalui aktivitas yang menyangkut proses pembuangan. Mereka cenderung berlama-lama di kamar mandi. Anak usia 2-4 tahun juga sering menahan kencing atau buang air besar.

Fase phallic 

Fase phallic berlangsung pada usia 3-6 tahun, di mana anak sudah menyadari perbedaan seks antara dirinya dengan temannya yang berbeda jenis kelamin.

Artinya anak-anak sudah memahami perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Mereka mulai suka membandingkan alat kelamin miliknya dengan temannya yang lain.

Orang tua sering khawatir saat si kecil memasuki fase ini, karena kita kerap melihat anak memainkan alat kelaminnya.

Perlu orang tua ketahui, di fase inilah anak mulai merasakan sensasi seksual di kelaminnya untuk pertama kalinya.

Anak-anak semakin sadar akan tubuhnya, menunjukkan ketertarikan yang tinggi terhadap alat kelaminnya sendiri dan lawan jenisnya.

Fase laten 

Fase ini umumnya berlangsung pada usia 6-10 tahun, dan minat seksual mulai berkembang pada psikis anak. 

Fase ini menjadi dua, yaitu bagian awal dan bagian akhir. Di bagian awal, anak tidak lagi memperhatikan sensasi yang dirasakan alat kelaminnya.

Sedangkan di bagian akhir, anak mulai merasakannya kembali. Ini dikarenakan anak mulai beranjak mengenal dorongan seksual dan ketertarikan pada lawan jenis.

Untuk mulai menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap anak, orang tua bisa mendiskusikan beberapa hal berikut ini sesuai kesepakatan.

  • ·         Cara yang santun untuk mengungkapkan pendapat ke orang tua
  • ·         Jam belajar anak pada satu hari
  • ·         Batas waktu anak keluar malam
  • ·         Wilayah mana saja yang menjadi privasi anak dan orang tua
  • ·         Tayangan media yang bisa ditonton oleh anak berdasarkan usia.

Urgensi pendidikan seks pada anak salah satunya bisa dibarengi dengan menanamkan nilai-nilai agama yang kuat, untuk membentuk karakter anak.

Harapannya, ketika dewasa nanti anak memiliki bekal yang kuat dalam dirinya, agar tidak terjerumus dalam pergaulan seks bebas. Atau sekonyong-konyong ingin berubah jenis kelamin (transgender) ketika dewasa, seperti yang sedang trending di negara-negara Barat belakangan ini.

Transgender adalah orang-orang yang merasa bahwa identitas gendernya tidak sesuai dengan jenis kelaminnya saat lahir. 

Istilah gender merujuk pada identitas diri sebagai perempuan atau laki-laki yang terbentuk melalui peran sosial norma, tingkah laku, serta lingkungan.

Misalnya seorang wanita transgender adalah seorang yang terlahir berjenis kelamin laki-laki, tetapi orang tersebut merasa bahwa dirinya adalah seorang wanita. Begitu pula sebaliknya.

Fase genital 

Fase ini dimulai pada anak usia 12 tahun dan masuk kategori mulai beranjak remaja. Pada fase ini anak sudah mengalami pubertas dan menyebabkan libidonya kembali aktif.

Selama tahap akhir perkembangan psikoseksual, anak mulai meningkatkan ketertarikan seksual yang kuat terhadap lawan jenis. Anak juga mulai coba-coba berpacaran diam-diam.

Pada tahapan ini, tentu ada risiko yang nggak diinginkan.  Misalnya, dari rasa penasaran ingin tahu, anak mulai berhubungan seksual, anak nggak ada kontrol sampai hamil atau menghamili, dan lebih ekstrem lagi kena penyakit kelamin di usia remaja.

Itulah sebabnya, pada semua fase tersebut, orang tua diharapkan perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang pendidikan seks pada anak.

Mau nggak mau,  berbeda dari masa kakek-nenek dulu, orang tua sekarang diharapkan lebih intens lagi dalam berkomunikasi dengan anak.

Terutama menyangkut pendidikan seks untuk pengetahuan seksualitas mereka, sehingga informasi yang mereka dapatkan lebih sehat dan bisa dipertangungjawabkan.

Bisa kan Moms? Yuk, bisa yuk!

 

Sumber:

https://www.parents.com/age-by-age-guide-to-sex-education-7497793

https://indonesiabaik.id/infografis/pentingnya-pendidikan-seksual-pada-anak

https://klinikpintar.id/blog-pasien/mengenal-fase-phallic-pada-anak 

https://www.alodokter.com/memahami-sisi-kesehatan-dari-transgender

 

0 Komentar :

Belum ada komentar.