Orang yang sering berkelakuan “agak lain” sering dikira autisme. Padahal meski gejalanya serupa, namun tidak semuanya disebabkan oleh kondisi autisme.
Dikutip otsimo.com, autisme merupakan gangguan tumbuh kembang anak. Autisme atau gangguan spektrum autisme (autism spectrum disorder/ASD) adalah gangguan perkembangan fungsi otak yang mencakup berbagai bidang, seperti sosial, emosional, dan komunikasi.
Karena terdapat spektrum yang luas dari gejala dan keparahan di antara orang yang kebetulan menderita gangguan autisme. Dalam hal ini ASD merupakan gangguan individual, tapi terdapat gejala umum, keparahan, dan presentase yang berbeda-beda pada setiap orang.
Autisme dan retardasi mental ditandai dengan sedikit kemiripan seperti lambatnya perkembangan pada keterampilan motorik, keterampilan bahasa, keterampilan sosial, dan keterampilan kerja. Namun, sebenarnya keduanya sangat berbeda dan mudah dikenali.
Pada anak dengan gangguan autisme, biasanya akan mengalami dua gejala, yaitu:
- Gangguan interaksi dan komunikasi sosial yang meliputi berbagai aspek, mulai dari komunikasi verbal, komunikasi non-verbal, serta kemampuan mempertahankan interaksi dengan orang lain.
- Adanya perilaku yang terbatas dan repetitif, seperti gerakan tangan, atau kaki tertentu yang diulang-ulang atau berbicara satu kalimat secara berulang.
Sementara, retardasi mental adalah gangguan intelektual pada anak-anak yang ditandai dengan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata. Istilah retardasi mental juga dikenal dengan keterbelakangan mental dan cacat mental atau intelektual.
Kondisi ini kerap disebut disabiilitas intelektual yang memengaruhi perilaku sehari-hari, seperti keterampilan sosial dan rutinitas kebersihan, serta kapasitas seseorang untuk belajar dan menyimpan informasi baru.
Anak yang mengidap retardasi mental lazimnya mengalami otak yang tidak berkembang dengan optimal atau rusak karena kondisi tertentu. Tingkat keparahan retardasi mental bervariasi, mulai dari ringan hingga sangat berat.
Tanda dan gejala retardasi mental
Umumnya penderita retardasi mental mengalami masalah untuk menjalani aktivitasnya dengan mandiri. Makin berat derajat retardasi mental, makin berat pula tantangannya.
Tingkat keparahan retardasi mental dikategorikan berdasarkan nilai IQ penderita. Berikut rinciannya:
- Ringan dengan nilai IQ sekitar 50-69
- Sedang dengan nilai IQ sekitar 35-49
- Berat dengan nilai IQ sekitar 20-34
- Sangat Berat dengan nilai IQ di bawah 20
Beberapa gejala umum yang dialami:
- Anak terlambat berjalan, duduk, dan merangkak.
- Sulit belajar bicara atau pengucapan kata-lata tidak jelas.
- Daya ingat buruk
- Sulit mempelajari pekerjaan sehari-hari seperti mandi, makan, berpakaian.
- Tidak mampu berpikir secara logis.
- Kurangnya rasa ingin tahu.
- Penalaran yang buruk, sehingga sulit memecahkan masalah.
- Tidak mampu mengelola emosi, sehingga mudah stres.
- Perilaku kekanak-kanakan yang tidak sesuai usia.
- Kesusahan mengenali situasi mana yang membahayakan.
Pada kondisi yang lebih buruk, retardasi mental dapat ditandai dengan gejala lain, seperti kejang-kejang, gangguan penglihatan, dan gangguan pendengaran.
Penyebab retardasi mental
Retardasi mental terjadi akibat gangguan perkembangan otak. Tapi pada kasus tertentu belum diketahui secara pasti penyebab lainnya. Beberapa kondisi yang dapat mengakibatkan gangguan pada tumbuh kembang otak anak, antara lain:
- Kekurangan gizi dan berat badan saat bayi.
- Gangguan saat dalam kandungan, seperti kekurangan nutrisi selama hamil, infeksi, konsumsi minuman beralkohol ketika hamil, penggunaan obat-obatan, atau preeklamsia.
- Paparan zat beracun.
- Gangguan saat proses melahirkan, misalnya bayi terlahir prematur atau kekurangan oksigen.
- Kelainan genetik seperti sindrom down atau sindrom fragile X.
- Penyakit yang memengaruhi fungsi otak, misalnya infeksi otak seperti meningitis, lumpuh otak, atau tumor otak.
- Cedera kepala, misalnya kecelakaan lalu lintas atau olahraga.
- Hampir meninggal karena tenggelam.
Anak-anak yang mengalami pengalaman traumatis juga memiliki risiko lebih besar memiliki keterbelakangan mental.
Komplikasi retardasi mental
Kondisi lain yang mengancam kesehatan mental dan fisik penderita retardasi mental:
- Gangguan suasana hati.
- Gangguan mental seperti depresi.
- Frustrasi.
- Gangguan kecemasan.
- Perilaku menyakiti diri sendiri.
- Gangguan pendengaran atau penglihatan.
Diagnosis retardasi mental
- Wawancara dengan kedua orang tua.
- Observasi terhadap anak.
- Uji intelegensi dan kemampuan adaptif.
Pengobatan retardasi mental
Retardasi mental bukanlah kondisi yang bisa disembuhkan, Dengan begitu, orang-orang yang mengalaminya akan hidup dengan kondisi ini seumur hidup. Meski begitu, ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan keterampilan seseorang dengan keterbelakangan mental.
- Terapi perilaku untuk mengubah perilaku pasien menjadi lebih positif.
- Terapi okupasional untuk mengajarkan pasien cara melakukan pekerjaan sehari-hari, seperti makan, berpakaian, dan mandi.
- Terapi fisik untuk meningkatkan fungsi gerak tubuh,
- Terapi wicara untuk mengembangkan kemampuan komunikasi.
- Selain terapi, dokter juga bisa memberikan obat-obatan untuk meredakan gejala retardasi mental, seperti obat antikonvulsan untuk kejang-kejang atau pelemas otot untuk mengendalikan gerak tubuh.
Retardasi mental bukanlah kondisi yang bisa dicegah. Namun, kita bisa mengurangi risiko anak lahir dengan keterbelakangan mental, dengan cara menerapkan gaya hidup sehat dan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan. Semangat Moms!
Sumber:
https://otsimo.com/en/mental-retardation-autism/
https://www.webmd.com/parenting/baby/child-intellectual-disability
0 Komentar :
Belum ada komentar.