Moms, sering ketemu rekan kerja yang sering menunda-nunda pekerjaan, hingga menumpuk dan bikin panik semua orang menjelang ditagih oleh atasan? Kebiasaan negatif ini biasa dikenal dengan istilah "procrastination" atau "prokrastinasi", yakni kecenderungan menunda-nunda tugas atau pekerjaan.
Kebiasaan menunda-nunda pekerjaan yang lazimnya dianggap buruk ini bisa berlanjut semakin parah bila tak segera dihentikan.
Banyak faktor yang menyebabkannya, seperti merasa ingin sempurna atau perfeksionis, depresi, stres, tekanan, dan juga demotivasi.
Namun, kebiasaan negatif itu ternyata ada juga lawannya, lho. Sementara sebagian dari kita suka menunda-nunda pekerjaan, sebuah studi baru menunjukkan, ternyata banyak juga orang yang melakukan hal yang berkebalikan. Orang-orang ini justru sangat berambisi menyelesaikan tugas secepat mungkin, tak peduli hasilnya memuaskan atau tidak.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological Science meneliti suatu fenomena yang disebut "precrastination" (prakrastinasi), untuk menggambarkan jenis orang yang suka mengerjakan tugas secara tergopoh-gopoh dan asal cepat beres. Hal ini tentu bertolak belakang dengan para pelaku "procrastination" (orang yang suka menunda pekerjaan).
Prakrastinasi adalah melakukan pekerjaan di awal waktu karena tidak suka dengan sistem “kebut semalam” atau menjelang batas waktu selesai tugas.
“Bayangkanlah prakrastinasi dan prokrastinasi sebagai dua titik ekstrem," kata Christopher Gehrig, seorang profesor psikologi di Universitas Helmut Schmidt di Jerman. Untuk mencoret sesuatu dari daftar tugas mereka, para prakrastinator menghabiskan energi ekstra pada suatu tugas, atau terburu-buru menyelesaikan proyek, supaya bisa merasakan kelegaan karena telah menyelesaikannya.
Mengapa orang melakukan prakrastinasi? Dikutip dari the Guardian, konsep prakrastinasi muncul secara tidak sengaja dalam sebuah studi pada tahun 2014 yang dipimpin oleh David Rosenbaum, sekarang profesor psikologi di Universitas California.
Dalam studi tersebut, para partisipan mengambil ember penuh koin untuk dibawa, dan boleh memilih antara dua ember: satu ember posisinya lebih dekat dengan mereka, dan satu ember lagi posisinya di ujung gang. Hasilnya, kebanyakan orang memilih ember yang lebih dekat dengan mereka, meskipun itu berarti mereka harus membawa embernya lebih jauh.
Ketika Rosenbaum dan rekan-rekannya bertanya kepada para partisipan studi tersebut mengapa mereka memilih ember yang posisinya lebih dekat, mereka beralasan hanya karena ingin menyelesaikan tugas lebih cepat.
"Keinginan mereka untuk meringankan beban mental begitu kuat, sehingga mereka bersedia mengeluarkan tenaga fisik ekstra untuk melakukannya," kata Rosenbaum dalam siaran pers saat itu.
Dalam prakrastinasi, orang terburu-buru menyelesaikan suatu tugas supaya tidak perlu berpikir untuk melakukannya lagi. "Ini adalah kecenderungan untuk menyelesaikan tugas dengan cepat, hanya demi menyelesaikan sesuatu lebih cepat daripada menunda-nunda," jelas Ed Wasserman, seorang profesor psikologi eksperimental di Universitas Iowa.
Sebagai contoh, beberapa orang menjawab email segera setelah email tersebut masuk, daripada berhenti sejenak untuk memikirkan apa yang akan mereka katakan. Prakrastinasi dapat mendorong orang untuk memulai banyak tugas sekaligus dan hasilnya buruk – karena terburu-buru menyelesaikan, daripada mencurahkan cukup waktu untuk menyelesaikan masing-masing tugas.
Jadi, jika prokrastinasi umumnya dipandang negatif, apakah kebalikannya akan baik? Ternyata faktanya tidak selalu begitu.
Lalu, bagaimana cara menghentikan prakrastinasi?
Menurut Prof. Gehrig, jika orang merasa cenderung suka melakukan prakrastinasi, maka bisa dicoba mengatasinya dengan berlatih menunda tugas-tugas yang tidak perlu segera dilakukan, dan gunakan lebih banyak waktu untuk berpikir ekstra sebelum mengerjakan sesuatu.
“Keseimbangan yang sehat antara prakrastinasi dan prokrastinasi adalah dengan menyusun perencanaan dan prioritisas tugas secara efektif, tanpa merasa ada tekanan untuk buru-buru menyelesaikan tugas,” kata Prof. Gehrig.
Salah satu cara menyusun skala prioritas bisa dengan menggunakan alat yang disebut "Eisenhower Matrix". Eisenhower Matrix adalah adalah alat time management untuk mengevaluasi dan mengatur prioritas tugas berdasarkan urgensi dan kepentingannya.
Metode Eisenhower Matrix membagi tugas dalam empat kategori berbeda. Kuadran satu yakni urgent and important (mendesak dan penting), artinya harus segera dilakukan. Kuadran dua yakni important (penting) tapi tidak urgent (artinya, bisa dijadwalkan). Kuadran tiga urgent and not too important (mendesak tapi tidak terlalu penting), artinya bisa didelegasikan. Dan Kuadran empat, tidak mendesak dan tidak penting, artinya tinggalkan saja.
Manfaat yang akan didapatkan dalam menerapkan skala prioritas lewat matriks ini akan membantu memahami tugas sesuai tujuan, hal apa saja yang dikorbankan, dan dampak yang diberikan. Manfaat lainny adalah, efisiensi waktu, mengasah keahlian mengatur sesuatu, bisa berkolaborasi, serta melakukan delegasi tugas.
Kesimpulannya, prokrastinasi dengan prakrastinasi bisa dikolaborasikan secara seimbang. Penundaan pekerjaan sejenak (yang bukan prioritas) bisa lebih meringankan diri kita dari tekanan mental. Setelah mereda, kita bisa kerjakan lagi dengan hasil yang jauh lebih berkualitas, dari pada buru-buru diselesaikan dan hasilnya bisa jadi bencana besar buat organisasi atau perusahaan.
Source :
https://www.theguardian.com/wellness/article/2024/jun/13/precrastination-mental-downsides
https://revou.co/kosakata/eisenhower-matrix
0 Komentar :
Belum ada komentar.