Lifestyle

Ancaman Overconsumption di Balik Viralnya Boneka Labubu

Ancaman Overconsumption di Balik Viralnya Boneka Labubu
Foto: Pop Mart

Moms cantik, belakangan sering beredar video antrean panjang untuk membeli Labubu. Gantungan kunci berbentuk boneka yang viral setelah dipakai oleh seorang anggota girl group Korea Selatan, Lisa Blackpink.

 

Nggak tanggung-tanggung, antrian Labubu bisa berlangsung hingga belasan jam lho, Moms! Sebenarnya apa sih yang bikin boneka ini begitu viral? Adakah fenomena yang bisa dikaji di baliknya?

Labubu, boneka monster yang sudah lama ada

Labubu adalah karakter kecil, berbulu, bertelinga lancip, dan punya gigi tajam. Awalnya, karakter Labubu muncul dalam serial buku anak-anak, The Monsters, di tahun 2015. Boneka Labubu sendiri dijual oleh Pop Mart, sebuah perusahaan mainan asal Tiongkok.

 

Melansir Detik, harga Labubu dibanderol mulai dari 29,9 dolar Amerika atau setara dengan lebih Rp45 ribu. Harga paling mahal yang ditampilkan di situs resminya ada di kisaran Rp2,5 juta. Lumayan juga, ya?

 

Mahalnya harga Labubu disebabkan oleh beberapa hal. Utamanya karena boneka ini diproduksi dalam jumlah kecil, dengan beberapa figur yang tergolong langka. Apalagi setelah viral, Labubu bahkan bisa laku terjual dengan harga mencapai Rp 4 juta.

 

Alasan lainnya adalah karena Labubu dijual dalam bentuk blind box. Alias, kita nggak tau figur mana yang kita dapatkan. Alhasil, permintaan Labubu terus naik, karena konsumen berlomba-lomba mendapatkan figur yang tergolong langka.

Viralnya Labubu di Indonesia

Demam Labubu tengah melanda Indonesia. Mulai dari anak muda, ibu-ibu, hingga para artis berlomba mendapatkan boneka ini. Viralnya Labubu tentunya dipengaruhi karena banyaknya orang mengunggah konten unboxing Labubu, terutama di platform TikTok.

 

Antrean untuk membeli Labubu terjadi di gerai Pop Mart Indonesia yang terletak di Gandaria City Mall, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Fenomena antre tersebut akhirnya turut viral, karena berlangsung berjam-jam, dari pagi buta. Antrean terlama bahkan berlangsung sampai 17 jam.

 

Kebanyakan para pengantre adalah kolektor atau orang yang memang suka koleksi barang-barang langka dan lucu. Namun, ada juga dugaan bahwa sebagian besar adalah reseller yang ingin menjual lagi Labubu dengan harga lebih tinggi.

Labubu dan fenomena overconsumption

Himpunan mahasiswa bahasa Inggris di Universitas Airlangga menyoroti viralnya Labubu dari sudut pandang lain. Dalam postingan X mereka di akun bernama @EDSAUnair, viralnya Labubu dan barang lain yang dulu viral seperti botol minum Stanley, didasari oleh perasaan takut ketinggalan atau FOMO (fear of missing out).

 

FOMO membuat orang cenderung selalu mengikuti tren, termasuk membeli barang yang sedang viral. Padahal, barang tersebut nggak terlalu dibutuhkan. Akhirnya, barang yang dibeli akan sekadar jadi tumpukan koleksi, tanpa pernah dipakai lagi. Fenomena ini disebut overconsumption.

 

Masalahnya, nggak hanya menghabiskan waktu dan uang, overconsumption juga punya dampak yang lebih besar. Salah satunya, bisa membuat krisis lingkungan makin parah.

 

Media The Guardian bahkan menulis bahwa overconsumption merupakan salah satu akar dari berbagai permasalahan lingkungan.

 

Bagaimana nggak, manusia menggunakan sumber daya alam 1,7 kali lebih cepat daripada kemampuan bumi untuk mengimbanginya. Belum selesai bumi mengurai sampah dan polusi dari konsumsi, kita sudah membeli dan mengonsumsi barang lainnya lagi.

 

Jurnalis JB MacKinnon menjelaskan bahwa saat orang-orang berusaha membeli lebih sedikit barang, dampaknya langsung terasa. Lingkungan jadi lebih bersih dari polusi. Saat kita nggak overconsumption, lingkungan bisa pulih jauh lebih cepat daripada saat kita menggunakan teknologi ramah lingkungan, tapi tetap terlalu banyak beli barang, lho!

 

Viralnya Labubu nggak hanya memperlihatkan tren FOMO, tapi juga bisa jadi peringatan akan budaya overconsumption yang makin marak.

 

Yuk Moms cantik, kita lebih bijak dalam berbelanja, agar bisa bantu menjaga kelestarian bumi untuk generasi mendatang. Ikut tren Labubu atau yang lain boleh aja kok, asal nggak berlebihan!

 

 

Sumber:

https://www.theguardian.com/

https://lifestyle.kompas.com/

https://www.prestigeonline.com/

https://blog.adaremit.co.id/

https://x.com/EDSAUnair/

https://banjarmasin.tribunnews.com/

 

0 Komentar :

Belum ada komentar.